Bagi Yang Menggunakan Komputer atau Laptop terlalu sering mungkin akan membengkakan biaya LISTRIK rumah anda . dan ini menjadi satu problem yang harus di pecahkan oleh anda . untuk lebih menghemat LISTRIK
di rumah anda . dan sebaiknya kamu yang menggunakan komputer atau
laptop sebaiknya menggunakan sistem operasi windows , karena dengan
sistem ini kamu dapat mensetting beberapa setting untuk lebih menghemat LISTRIK . dan membantu mengurangi pemanasan global saat ini .
Untuk lebih jelasnya ini ada Beberapa Tips Menghemat LISTRIK Komputer anda :
Pada Sistem Tenaga Listrik terdapat penggunaan komponen elektronika yang umumnya dipakai dalam rangkaian pengaturan motor-motor listrik.
Komponen-komponen elektronika yang dipergunakan pada sistem tenaga
listrik pada prinsipnya harus mampu menghasilkan daya yang besar atau
mampu menahan disipasi daya yang besar.
Elektronika daya meliputi switching, pengontrolan dan pengubah
(konversi) blok-blok yang besar dari daya listrik dengan menggunakan
sarana peralatan semikonduktor. Dengan demikian elektronika daya secara
garis besar terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
1. Rangkaian Daya
2. Rangkaian kontrol
Pada gambar berikut menunjukkan hubungan antara kedua rangkaian diatas yang terintegrasi menjadi satu, dimana keduanya banyak memanfaatkan peralatan semikonduktor.
Rangkaian daya terdiri dari komponen Dioda, Thyristor dan Transistor
Daya. Sedangkan rangkaian kontrol terdiri atas Dioda, Transistor dan
rangkaian terpadu (Integrated Circuit / IC).
Dengan menggunakan peralatan-peralatan yang serupa keandalan dan
kompatibilitas dari perlengkapan (sistem) akan dapat diperbaiki.
Elektronika daya merupakan bagian yang penting dalam industri-industri,
yaitu dalam pengontrolan daya pada sistem, proses elektronika dan
lain-lain.
I. DIODA
Dioda merupakan penyatuan dari lapisan P dan N sebagaimana gambar struktur dan simbol lapisan.
Syarat dioda dalam keadaan ON adalah Vak positip sedangkan untuk OFF adalah Vak negatif.
Karateristik tersebut menggambarkan hubungan antara arus dioda (IR dan
IF) agar Vak dalam kondisi menahan arus (OFF) maupun dalam keadaan
mengalir (ON). Dalam keadaan OFF, Vak = Vr = negatif, maka dioda
menahan arus namun terdapat arus bocor Ir yang kecil.
Dalam keadaan ON, Vak = Vf = positif, dioda mengalirkan arus namun
terdapat tegangan jatuh pada dioda = ∆ Vf, dan jika ∆ Vf ini makin
besar untuk arus dioda yang makin tinggi, berarti rugi konduksi If * ∆
Vf naik. Terlihat pula pada karateristik dioda diatas bahwa bila Vr
terlalu tinggi dioda akan rusak.
Karateristik Switching
Karateristik ini menggambarkan sifat kerja dioda dalam perpindahan keadaan ON ke OFF dan sebaliknya.
Dioda akan segera melalukan arus jika Vr telah mencapai lebih dari Vf
minimum dioda kondusif dan pada saat OFF terjadi kelambatan dari dioda
untuk kembali mempunyai kemampuan memblokir tegangan reverse. Dari
gambar diatas tgerlihat adanya arus balik sesaat pada dioda, dimana
arus balik ini terjadi pada saat peralihan keadaan dioda dari kondisi
ON ke kondisi membloking tegangan reverse.
Dengan adanya sifat arus balik, maka diperoleh dua jenis penggolongan dioda yaitu :
1. Dioda Cepat, yaitu dioda dengan kemapuan segera mampu membloking
tegangan reverse yang cepat, orde 200 ns terhitung sejak arus forward dioda
sama dengan 0 (nol).
2. Dioda Lambat, yaitu untuk hal yang sama dioda memerlukan waktu lebih lama,
Q32 > Qs1.
Terminologi karateristik dioda
Trr : Reverse Recovery Time, waktu yang diperlukan dioda untuk bersifat membloking tegangan forward.
Tjr : Waktu yang diperlukan oleh Juction P-N untuk bersifat membloking.
Tbr : Waktu yang diperlukan daerah perbatasan Junction untuk membentuk zone bloking.
Qs : Jumlah muatan yang mengalir dalam arah reverse selama perpindahan status dioda ON ke OFF.
Dioda jenis lambat banyak digunakan pada rangkaian konverter dengan
komutasi lambat/natural, seperti rangkaian penyearah. Sedangkan Dioda
jenis Cepat dipergunakan pada konverter statis dengan komutasi sendiri
seperti misalnya pada DC Chopper, konverter komutasi sendiri dll.
Kemampuan Tegangan
Dioda bersifat memblokir tegangan reverse, ternyata mampu menahan
tegangan tersebut tergantung pada karateristik tegangan itu sendiri.
VRWM = Puncak tegangan kerja normal.
VRRM = Puncak tegangan lebih yang terjadi secara periodik.
VRSM = Puncak tegangan lebih tidak periodik.
Kemampuan Arus Dioda
Adanya tegangan jatuh konduksi ∆ Vf menyebabkan rugi daya pada dioda
yang keluar dalam bentuk panas. Temperatur junction maksimum terletak
antara 110°C - 125°C. Panas yang melebihi dari temperatur ini akan
menyebabkan dioda rusak. Temperatur maksimum ini dapat dicapai oleh
bermacam-macam pembebanan arus terhadap dioda.
If (AV) : Arus rata-rata maksimum yang diijinkan setiap harga arus
rata-rata akan menghasilkan suatu harga temperatur akhir pada junction
dioda. Batas If (AV) ini juga tergantung pada temperatur ruang dan
jenis sistem pendinginan (Heat-sink).
If (RMS) : Harga effektif maksimum arus dioda. Harga rata-rata yang di
bawah If (∆V) maksimum, belum menjamin keamanan operasi dioda terutama
arus beban dioda dengan form factor yang tinggi. ( Rate Mean Square )
If (RM) : Harga puncak arus lebih periodik yang diijinkan.
If (SM) : Harga puncak arus lebih non periodik yang diijinkan
T : Batas integral pembebanan arus dimana dioda masih mampu mengalaminya.
Besaran ini berlaku untuk ½ cycles atau 1 ms dan merupakan pedoman dalam pemilihan pengaman arus.
Contoh data Fast Dioda Type MF 70
Maximum repetitive peak reverse voltage, Vdrm = 1200 Volt.
Mean forward current, If (AV) = 70 A
RMS forward current, Irms max = 110 A
Non repetitive
forward current, If (ms) = 700 A
Forward V-Drop, Vfm=V, pada Ifm = 210 A
Peak reverse current, Irm = 5 mA
Reverse recovery time, trr = 200 ns
Stored, charger, Qrr = T µc (Qs)
Thermal resistance, Rth-jc = 0,37°C/w
kalkulasi tegangan jatuh listrik
Apa
arti praktis kalkulasi tegangan jatuh listrik bagi seorang perencana
listrik ketenagaan? Kalkulasi ini adalah sama artinya dengan
perencanaan ukuran-ukuran kabel daya dan sistem proteksi listrik
ketenagaan yang aman suatu bangunan atau utilitas plant. Contohnya jika
seorang insinyur listrik diminta untuk merancang ukuran kabel 3-fasa
untuk suatu pompa submersible listrik 150 HP, 380 V yang akan digunakan
sebagai pompa banjir( katakan banjir lumpur Porong Sidoarjo). Pompa
tersebut berjarak 125 meter dari sumber listriknya(atau panel
induknya), berapa ukuran kabel yang aman, tidak panas tetapi ekonomis,
kemudian berapa ukuran rating pemutus tenaga (Circuit Breaker atau
Fuse) agar dapat memproteksi kabel secara aman terhadap beban lebih.
Seorang mahasiswa calon insinyur atau ahli madya yang serius belajar
disiplin ilmunya seharusnya menguasai program spread-sheet excel
sehingga kalkulasi kelistrikan secara umum akan lebih cepat difahami,
dilatih, dan diingat terus sebagai pegangan bagi seorang praktisi
listrik ketenagaan. Karena variabel-variabel ukuran kabel yang banyak,
dan pembebanan arus yang juga bervariasi tergantung dari kebutuhan
beban listrik, maka menggunakan program excel adalah merupakan
keharusan. Berikut ini bentuk formulasi dasar tegangan jatuh dalam
bentuk format excel/ppt yang dapat dikembangkan lebih jauh untuk
aplikasi yang berbeda.
Kalkulasi tegangan jatuh listrik sebenarnya berdasarkan hukum Ohm
kemudian ditambahkan faktor reaktansi (induktif atau kapasitif) dan
faktor daya, maka formulasinya untuk aplikasi tegangan rendah sampai
tegangan menengah 20 KV dapat ditulis sbb :
Tegangan jatuh = 1.732*R*I*cos f + 1.732*X*I*sin f
dimana 1.732 adalah hasil akar 3 ( beban 3-fasa), I adalah arus beban,
R adalah resistansi arus bolak-balik AC ( bukan arus searah DC) , X
adalah reaktansi induktif, dan cos f adalah faktor daya.
Kemudian data-data resistansi kabel dapat dicari dari buku
katalog spesifikasi kabel seperti Supreme, Kabel Metal, Kabelindo,
Tranka, Voksel yang bisa diminta langsung ke fabrikannya atau produk
luar negeri untuk industri perminyakan seperti Pirelli atau Okonite.
Data resistansi kabel pada umumnya disajikan dalam bentuk satuan Ohm
per-kilometer sebagai resistansi arus searah DC, artinya resistansi
terbaca jika kita mengukur dengan alat ukur Ohm-meter. Yang kita perlukan
adalah resistansi AC (arus bolak-balik), kalau ditampilkan resistansi
AC pada suhu 90 derajat Celsius maka resistansinya menjadi lebih besar.
Umumnya suhu inti konduktor kabel yang diizinkan adalah 70 derajat
Celsius, jadi resistansinya lebih kecil dari tabel.
Rumus tegangan jatuh diatas dapat diaplikasikan untuk arus searah DC
maka faktor daya = 1 sehingga formulasinya untuk kabel 2 jalur adalah
Tegangan jatuh = 2*R*I dimana R adalah resistansi DC ( hasil pengukuran
alat Ohm-meter) dan I adalah arus searah DC.
Berapa jatuh tegangan kerja yang diizinkan. Jika tegangan rumah 220 Volt dan misalnya kita menerima
dari sumber PLN hanya 200 Volt berari jatuh tegangan 10%, maka hal ini
akan mengganggu performance motor listrik mesin pendingin (Air
Conditioner atau Kulkas) atau pompa air. Jatuh tegangan maksimum 5%
dari sumber ke beban konsumen masih dapat diterima sistem (misalnya
sumber 400 Volt dan kita sebagai
konsumen menerima tegangan kerja setelah dibebani sebesar 380 Volt),
tetapi untuk perencanaan terkadang ada yang menetapkan 2,5 %,
tergantung untuk aplikasi dimana dan semuanya akan mempengaruhi total
biaya instalasi listrik.
Sebagai referensi online, pembaca dapat meng-click link-link situs Okonite atau General Electric untuk studi perbandingan aplikasi tegangan jatuh, tetapi ingat rating tegangan listrik Amerika berbeda dengan Indonesia, jadi kita harus
mengkonversikan dahulu dan pula mereka menggunakan standar ukuran kabel
AWG( lihat tabel konversi AWG dan mm2 dibawah). Silahkan pembaca
melatih formulasi tegangan jatuh ini dengan excel dengan data dari
berbagai sumber dan silahkan dikembangkan lebih jauh.
Fenomena Frekwensi Listrik
Berbicara mengenai frekwensi listrik tidak lepas dari analisa dari pembangkit listrik/generator, karena sumbernya dari situ. Bagi yg non electrical yg masih kurang faham apa itu frekwensi saya coba kasih gambaran disini.
Frekwensi sebenarnya adalah karakteristik dari tegangan yg dihasilkan oleh generator. Jadi kalau dikatakan frekwensi 50 hz, maksudnya tegangan yg
dihasilkan suatu generator berubah-ubah nilainya terhadap waktu,
nilainya berubah secara berulang-ulang sebanyak 50 cycle setiap
detiknya. jadi tegangan dari
nilai nol ke nilai maksimum (+) kemudian nol lagi dan kemudian ke nilai
maksimum tetapi arahnya berbalik (-) dan kemudian nol lagi dst (kalau
digambarkan secara grafik akan membentuk gelombang sinusoidal) dan ini
terjadi dalam waktu yg cepat sekali, 50 cycle dalam satu detik. Jadi
kalau kita perhatikan beban listrik seperti lampu, sebenarnya sudah berulang kali tegangan nya hilang (alias nol) tapi karena terjadi dalam waktu yg sangat cepat maka lampu tersebut tetap hidup.
Jadi
kalau kita amati fenomena ini dan mencoba bereksperimen, coba kita buat
seandainya kalau frekwensinya rendah, kita ambil yg konservatif
misalnya 1 hz, apa yg terjadi maka setiap satu detik tegangan akan
hilang dan barulah kelihatan lampu akan hidup-mati secara
berulang-ulang seperti lampu flip-flop (lihat animasi disebelah kanan).
Dari analisa diatas kita bisa tarik kesimpulan bahwa untuk kestabilan beban listrik dibutuhkan frekwensi yg tinggi supaya tegangan menjadi
benar-benar halus (tidak terasa hidup-matinya). Nah sekarang timbul
pertanyaan kenapa 50 hz atau 60 hz kenapa gak dibuat saja yg tinggi
sekalian 100 hz atau 1000 hz biar benar-benar halus. untuk memahami ini
terpaksa kita harus menelusuri analisa sampai ke generatornya. Tegangan yg berfrekwensi ini yg biasa disebut juga tegangan bolak-balik (alternating current) atau VAC, frekwensinya sebanding dengan putaran generator. Secara formula N = 120f/P
N = putaran (rpm)
f = frekwensi (hz)
P = jumlah pasang kutub generator, umumnya P = 2
Dengan menggunakan rumus diatas, untuk menghasilkan frekwensi 50
hz maka generator harus diputar dengan putaran N = 3000 rpm, dan untuk
menghasilkan frekwensi 60 hz maka generator perlu diputar dengan
putaran 3600 rpm, jadi semakin kencang kita putar generatornya semakin
besarlah frekwensinya. Nah setelah itu apa masalahnya? kenapa gak kita
putar saja generatornya dengan putaran super kencang biar menghasilkan
frekwensi yg besar sehingga tegangan benar2
halus. Kalau kita ingin memutar generator maka kita membutuhkan
turbine, semakin tinggi putaran yg kita inginkan maka semakin besarlah
daya turbin yg dibutuhkan, dan selanjutnya semakin besarlah energi yg
dibutuhkan untuk memutar turbin. Kalau sumber energinya uap maka makin
banyaklah uap yg dibutuhkan, dan makin besar jumlah bahan bakar yg
dibutuhkan, dst dst.
Para produsen generator maupun turbine tentunya mempunyai batasan
dan tentunya setelah para produsen bereksperimen puluhan tahun dengan
mempertimbangkan segala sudut teknis maka dibuatlah standard yangg 50
hz dan 60 hz itu, yg tentunya dinilai cukup efektif untuk kestabilan
beban dan effisien dari sisi teknis maupun ekonomis. Eropa menggunakan
50 hz dan Amerika menggunakan 60 hz. Setelah adanya standarisasi maka
semua peralatan listrik di
desain mengikuti ketentuan ini. Jadi logikanya kalau 50 hz atau 60 hz
saja sudah mampu membuat lampu tidak kelihatan kedap-kedip untuk
apalagi dibuat frekwensi lebih tinggi yg akan memerlukan turbine super
kencang dan sumber energi lebih banyak sehingga tidak efisien.
Baik tegangan maupun frekwensi
dari generator bisa berubah-ubah besarnya berdasarkan range dari beban
nol ke beban penuh. sering kita temui spesifikasi menyebutkan tegangan plus minus 10% dan frekwensi plus minus 5%. Ini artinya sistim supplai listrik/generator harus di desain pada saat beban penuh tegangan tidak turun melebihi 10% dan pada saat beban nol tegangan tidak naik melebihi 10%, begitu juga dengan frekwensi.